Industri Era Milenial



Era ini, industri kreatif makin berkembang. Para milenial berlomba menciptakan karya dan menuangkan ide-ide kreatifnya, dengan berbagai macam media. Bahkan, tidak sedikit yang sudah memiliki tim dan membangunnya dari awal, bukan secara individu semata.

Era ini bukan zamannya untuk sikut sana sikut sini bersaing bagai petarungan yang ingin dianggap jagoan, karena saat ini, eranya kolaborasi. Ibarat kata, "Gua bisa ini, lo bisa itu, kita kolaborasi menghasilkan karya atau mungkin trobosan baru."

Semua anak muda memiliki ide kreatif, mereka bisa menuangkan hal itu dengan berbagai cara dan media. Ada Blog untuk kalian menuangkan imajinasi cerita yang ingin dijabarkan melalui kata-kata, ada Youtube buat kalian yang senang berimajinasi dan ingin menjabarkannya lewat video, ada Instagram buat kalian yang ingin menjabarkan imajinasi lewat gambar dan foto.

Bukan seberapa banyak orang yang melihat karya anak milenial, tapi seberapa jujur anak milenial menjabarkan imajinasinya lewat berbagai media.

Begitu banyak milenial yang terkadang mengeluh dengan kondisinya. Padahal, mereka banyak sekali teman tongkrongan yang sama-sama mengeluh dengan kondisinya. Andai mereka berpikir dan bergerak,"Kita sama-sama ngeluh nih. Kenapa kita enggak buat tim untuk membangun dan menuangkan ide-ide kreatif yang kita punya? Toh, kita juga bisa belajar bareng."

Padahal, jika memiliki semangat yang sama dan saling percaya, milenial bisa mengembangkan ide-ide kreatif dan karyanya secara tim. Bahkan bukan tidak mungkin, bisa menjadi profesi yang ujung-ujungnya adalah hobi yang dibayar. Karena lagi-lagi, pekerjaan yang paling enak adalah hobi yang dibayar, suatu hal yang milenal inginkan. Padahal hal itu bisa dibangun sedari sekarang.

Apalagi jika background pendidikannya sesuai dengan passion-nya. Contoh kasusnya adalah, jika orang perkebunan bertemu dengan orang pemilik tanah, maka jadilah kolaborasi bisnis perkebunan, jika kru film bertemu dengan orang yang bisa akting, maka jadilah karya film.Hal-hal seperti itulah yang seharusnya dimiliki milenial. Bukan lagi pemikiran egois, tapi kolaborasi dan eksekusi.

Percepatan teknologi dan informasi begitu mudah saat ini, begitupun dengan menyebarkan ide-ide kreatif dan karya milenial. "Jika Anda punya ide dan senang nulis, jabarin ide dan imajinasi Anda di Blog. Jika Anda punya ide untuk membuat video, buat saja lalu Anda up load di Youtube, jika Anda hobi gambar dan foto, up load  saja di Instagram. Kemudian sebarkan link-nya ke grup teman, keluarga, media sosial, dsb." Kira-kira itulah mindset yang harus dimiliki anak milenial. 

Meskipun, mungkin, masih banyak yang salah dan kurang, seiring berjalannya waktu milenial akan belajar dan mulai menemukan ciri khas dari karya-karyanya. Yang terpenting, milenial harus segera mengeksekusi ide-ide kreatif secepatnya dan disebarkan seluasnya.  

Bukan tidak mungkin dari ide dan karya anak milenial yang kretif itu ada pihak-pihak yang melihat dan ingin mengembangkannya jauh lebih besar. Misal saja jika  production house melihat secara tidak sengaja cerita yang dibuat anak milenial di Blog, lalu terpikir membuatnya menjadi film, maka tercipta lagi suatu karya baru dari milenial. Begitu pula media-media yang bisa anak milenial gunakan. Mengirimkan tulisan ke media online, misalnya.

Hal itu bukanlah halu atau khayalan semata, milenial harus menyadari hal itu dan mulai mengeksekusi ide-idenya. 

Era digital seperti sekarang ini, banyak perusahaan-perusahaan yang mencari copywriter, videographer, dan photographer, hal ini mungkin yang bisa menjadi patokan dalam mencari kerja bagi milenial. Harus sadari dan segera membangun skill sedari sekarang. Iya, sekarang. Dari itu saja kita bisa paham bahwa milenial adalah penggerak roda ekonomi dalam gerbong industri kreatif.

Peran milenial begitu penting dan vital di era ini, ide-ide cemerlang dan karya-karya gilanya sangat dibutuhkan. Namun, jika hal itu tidak dimulai dan diasah sedari sekarang, maka tidak akan jadi apa-apa. Namun, jika milenial menyadari dan bergerak dengan kolaborasi serta menumpahkan ide-ide kreatifnya dengan eksekusi yang secepat mungkin, bukan tidak mungkin karya besar akan tercipta.

Bergerak kolaborasi dan eksekusi yang maksimal adalah porosnya. Jadi, kapan anak milenial mengeksekusi secara kolaborasi dan membangun skill? Masih mau nunda?

"Kita memasuki era dimana gelar tidak menjamin kompetensi. Lulusan tidak menjamin kesiapan berkarya dan bekerja. Akreditasi tidak menjamin mutu. Masuk kelas tidak menjamin belajar." -Nadiem Makarim.

Artinya, lagi-lagi skill yang dibutuhkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kalau Cinta, Ya Perjuangin

Pak Karyo

Melihat dari Kacamata Kemerdekaan

Juni