Kalau Cinta, Ya Perjuangin



Yogyakarta sedang hujan. Sepasang manusia saling merindu yang amat hebat bagai hujan yang turun terus-menurus malam itu. Bagaimana tidak, kisah percintaan mereka di pisahkan antar pulau. Ya, hubungan mereka jarak jauh, atau orang-orang biasa menyebutnya LDR. Pilihan seorang lelakinya yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Kota Gudeg, Yogyakarta.

Dimas, adalah lelaki yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta, meninggalkan sejenak kekasihnya, Rani. Mereka merupakan satu sekolah di kota asalnya, Kalimantan.

Bisa dibilang, mereka dulunya adalah teman. Karena seringnya mereka chattingan, diam-diam Dimas jatuh hati pada Rani, dan akhirnya Dimas mengungkapkan isi hatinya pada Rani. Tak disangka, Rani pun meresponnya dan menerima ungkapan hati Dimas pada 13 Desember 2014.

Hubungan mereka terus berlanjut. Hingga saatnya, Dimas untuk pergi melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta. Malam sebelum esoknya Dimas pergi, ia menyempatkan datang ke rumah Rani untuk sekedar main dan berpamitan.

Obrolan mereka begitu asik malam itu, seolah tak ingin terpisah jarak bagai sepasang sendal jepit.

"Jaga diri baik-baik, ya."
Ucap Dimas di akhir obrolan sebelum pulang.

Perasaan Rani campur aduk ketika itu. Bagaimana tidak, ia akan ditinggal Dimas dengan cukup lama.

"Iya, kamu juga, ya, jaga diri baik-baik. Jangan lupa kabarin aku."
 Ucap Rani pada Dimas.

Dalam perjalanan ke arah rumah, Dimas tiba-tiba termenung di atas motor. Dimas tak ingin wanita yang ia cintai itu bersedih dan menangis. Setibanya di rumah, Dimas membuka handphone miliknya, "Aku nangis." Sebuah pesan masuk dari Rani, kekasihnya.

Dimas memberikan penjelasan atas keputusan yang ia pilih ini. Namun tak bisa dipungkiri, Dimas pun sebenarnya merasakan sedih dari dalam lubuk hatinya. Sebuah keputusan yang sudah dipikirkan matang-matang oleh Dimas, meskipun ia harus meninggalkan Rani sejenak.

Apa daya, mau tidak mau Rani pun merelakan Dimas untuk pergi, meski ia harus merasakan kesedihan yang tidak tertahan. Sungguh, ia akan merasakan tidak adanya seorang lelaki spesial di hadapannya untuk waktu yang cukup lama.

Rani mencoba untuk tidak egois, ia mendukung Dimas untuk melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta. Malam panjang terlewati. Kini hari untuk Dimas mempersiapkan diri, berkemas, kemudian berangkat ke Yogyakarta.

"Aku berangat, ya. Kamu baik-baik."
 Isi pesan Dimas yang ia kirim ke Rani.

Ketika itu Rani sedang sibuk bersama teman-temannya. Namun tak lama, Rani membuka pesan dari Dimas dan membalasnya,

"Iya, kamu juga baik-baik, ya. Hati-hati. Jaga kesehatan biar nggak sakit. Barang-barang jangan ada yang ketinggalan. Jangan lupa kabarin aku, ya."


Hari pertama Dimas di Yogyakarta, ia masih sibuk-sibuknya menyiapkan segala macam kebutuhan untuk di tempat barunya, mencari ke sana kemari barang-barang yang ia butuhkan. Walau begitu, Dimas tidak lupa dengan Rani, sebisa mungkin setiap ada waktu, ia memberi kabar pada Rani, meskipun hanya mengingatkan suatu hal, ataupun hanya mengucapkan selamat pagi.

Rani pun sebaliknya, meski ia sibuk dengan teman-temannya, ia tidak lupa untuk memberi kabar pada Dimas, meskipun hanya sebuah "laporan" keberadaannya. Bagi mereka, tidak melulu harus chattingan secara intensif, karena mereka pun memiliki kesibukan yang berbeda, yang terpenting bagi mereka adalah komunikasi tetap berjalan dan percaya satu sama lain.

Hampir tiap malam mereka teleponan ataupun video call untuk melepas rindu serta bertukar cerita tentang hal yang mereka lewatkan di setiap harinya, apapun itu, pendidikan, teman, lingkungan, bahkan tidak jarang bertukar pikiran tentang persoalan yang lagi hype.

"Dimaaasss.. ini Rani gak mau nyuci nih." 
Ucap Ibunya Rani meledek dari kejauhan yang terdengar di handphone Dimas ketika mereka sedang teleponan saat itu.

Lalu mereka hanya tertawa lucu menanggapinya, "Ihihiiihii.."

Tak terasa, kini Dimas pulang ke Kalimantan setelah 6 bulan pergi. Namun, ia tidak memberi tahu Rani bahwa ia pulang, ia bermaksud memberikan surprise sederhana untuk Rani dengan dirinya yang datang secara tiba-tiba, seperti rindu yang datang tanpa salam. Dalam benaknya, hal kecil seperti itu yang mungkin bisa membuat Rani bahagia setelah lama ia tinggal.

"Aku di depan pintu, bukain pintunyaa!" isi chat Dimas yang dikirimkan ke Rani. Sontak saja, Rani seakan tidak percaya.

"Hah..  yang bener kamu? Serius?" tanya Rani untuk meyakinkan dirinya.

Dimas menjawab dengan rasa yang tidak sabar untuk melihat reaksi kekasihnya itu, "Iya, beneerrr. Cepet bukain pintunya!"

*Cletek! cletek!* terdengar suara kunci berputar pada cylinder pintu, bertanda Rani sedang membuka kunci pintu.

"Aaaaaa.." reaksi Rani ketika membuka pintu dan melihat Dimas di hadapannya.

Kaget, senang, terharu, adalah gambaran perasaan Rani ketika itu, semua campur aduk. Hari itu Rani seakan menjadi Ratu yang didatangi seorang pangeran. Ia nampak bahagia meskipun Dimas hanya datang ke rumah secara tiba-tiba tanpa ada hal lain. Sebuah hal kecil yang Dimas lakukan untuk membuat kekasihnya terlihat bahagia. Dan saat itu, Dimas berhasil membuat Rani merasa beruntung memiliki seorang Dimas.

Obrolan panjang di atas kursi ruang tamu tak ada henti-hentinya, bak jarum jam yang terus berputar. Saling bercerita bagai pendogeng, membuat mereka cukup untuk melepas rindu malam itu.

"Gimana di Jogja? pasti ceweknya cantik-cantik, kan?" ucap Rani sedikit "menguji" dan meledek Dimas.

"Cantik doongg. Tapikan lebih cantik kamuuu." Jawab Dimas yang memuji sekaligus sedikit menggombal kekasihnya.

Mereka menyiapkan waktu untuk pergi berdua yang sudah lama mereka inginkan. Kebetulan, ada sebuah film yang menurut mereka bagus tayang belum lama di bioskop, dan mereka ingin menontonnya berdua, bahkan mereka pun sudah merencanakan hal itu jauh sebelum Dimas pulang ke Kalimantan.

Namun, Dimas tak lama berada di Kalimantan. Setelah beberapa hari di kota asalnya itu, ia harus pulang ke Yogyakarta lagi untuk melanjutkan pendidikannya. Ia pamit pada Rani,

"Liburanku udah selesai. Aku pamit, yaa." Sambil menatap mata Rani di depan rumahnya.

"Iya, hati-hati. Cepet pulang ke sini lagi, yaa." Saut Rani di hadapan Dimas.

Singkat cerita, Dimas menjalankan kembali kesehariannya di Yogyakarta. Tapi anehnya, alih-alih mereka saling merindu, justru hubungan mereka makin merenggang dan mulai merasakan perubahan sikap.

Entah, Dimas dan Rani sering "berantem" karena hal sepele, mungkin hal itu terjadi karena kebosanan yang timbul akibat seringnya chattingan namun tanpa adanya pertemuan dalam waktu yang lama.

Mereka mulai merasakan sulitnya LDR, terlebih lagi, Rani begitu dekat dengan salah seorang teman cowok di kelasnya, hal itu membuat Dimas lebih sering cemburu. Meskipun Dimas mengetahui hal itu, dan Rani pun sudah pernah menjelaskan siapa teman cowok kelasnya itu. Tapi, tetap saja, Dimas seorang yang pencemburu terkadang kesal.

Mereka belum menyerah, berbagai cara mereka lakukan agar tidak "berantem" lagi karena hal sepele. Menguatkan dan memberi pengertian satu sama lain bagai motivator cinta, sering mereka lakukan. Tapi, pada akhirnya mereka sepakat untuk tidak berkomunikasi sejenak agar meredakan rasa bosan. Mungkin saja ini bisa menjadi solusi.

"Kayaknya mending kita nggak usah komunikasi dulu deh, biar sama-sama gak bosen. Tapi kalo ada apa-apa, cerita, ya." Perkataan Dimas yang mereka sepakati saat itu.

Sudah banyak cara yang mereka lakukan agar tetap bersama. Dimas yang begitu sayang pada Rani, terus mencoba mempertahankan hubunganya. Sore hari sepulangnya Dimas dari kelas, ia melihat handphone, begitu banyak notifikasi yang masuk.

Namun ada satu notifikasi dengan isi begitu panjang yang membuat Dimas terheran. Ternyata, sebuah notifikasi chat dari Rani yang berisikan penjelasan bahwa ia ingin mengakhiri hubungannya dengan Dimas. Sudah pasti Dimas kaget dengan keputusan yang dipilih oleh Rani itu.

"Kita putus aja, ya." Adalah kalimat terakhir isi chat dari Rani.

Dimas tidak langsung meng-iya-kan hal itu, ia mencoba menjelaskan seperti halnya melakukan negosiasi

"Kok, gitu? nggak mau diusahain lagi?" tanya Dimas dengan berharap.

"Nggak, nggak bisa. Sebenernya, aku juga udah lama mau bilang ini. Tapi, baru bener-bener bisa bilang sekarang. Maaf, ya" jelas Rani kepada Dimas

Namun sepertinya memang sulit hubungan mereka untuk berlanjut. Dimas pun mau tidak mau harus memikirkan bagaimana keputusannya.

*Huuuhh* suara hembusan napas Dimas seperti ada sesak di dadanya.

Tapi, apa daya, pada akhirnya Dimas memutuskan untuk menyudahi hubungannya dengan Rani. Karena menurutnya, lebih baik menyudahi daripada tidak saling mencintai yang akhirnya akan menyakiti.

"Iyaudah deh, gakpapa, kalau itu udah keputusan kamu." Jawab Dimas sambil menahan sedih.

"Hmm.. maafin aku, ya." Balas Rani di Line ketika itu.

"Makasih udah jagain aku, udah ngertiin aku. Makasih juga udah baik sama aku." Lanjut isi pesan Rani kepada Dimas

"Iya, sama-sama. Makasih juga untuk semuanya." Balas Dimas dengan menahan sesak di dada

Hampir tidak ada komunikasi setelah mereka putus. Dimas mencoba untuk menerima hal itu, dan perlahan-lahan ia melupakan Rani dari sisi kisah cintanya, bukan sosoknya. Karena bagi Dimas, bagaimanapun juga Rani dulunya adalah sosok teman biasa, karena kesalahannyalah yang jatuh hati pada Rani. Tidak perlu ada kebencian satu sama lain setelah hubungan mereka berakhir.

Beberapa tahun setelah mereka putus, ada notifikasi yang masuk di Twitter Dimas, ia terkejut. Tak disangka, ternyata Rani mengomentari salah satu tulisannya di Twitter. Sedari situ, mereka terus berbalas komen.

Dari sejak itu, mereka mulai berkomunikasi lagi setelah beberapa tahun putus kontak. Bedanya, mereka telah menjadi teman biasa. Tapi, terkadang mereka mengungkit kejadian-kejadian kisah cinta mereka dulu, sambil menertawainya.

Bahkan, terkadang mereka masih bertemu dalam satu tongkrongan. Itupun jika Dimas pulang ke Kalimantan. Meskipun terkadang ada rasa canggung, tapi mereka mengerti, bahwa yang dulu ya biarkan berlalu. Tidak ada rasa dendam apalagi sakit hati antara keduanya, atau mungkin lebih tepatnya rasa sakit yang pernah ada sudah hilang.

Pada akhirnya Dimas dan Rani menyadari, kalau bisa menjadi teman setelah mengakhiri, kenapa harus menjadi orang "asing" di kemudian hari?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Industri Era Milenial

Pak Karyo

Melihat dari Kacamata Kemerdekaan

Juni