Melihat dari Kacamata Kemerdekaan

Sumber gambar: https://www.google.com/search?q=kemerdekaan+hd&safe=strict&sxsrf=ALeKk03O69bQ96j9OGqlOCHAcpHeePOEyg:1597633443647&tbm=isch&source=iu&ictx=1&fir=EqKRjR2v0FRP1M%252CYSJiNTz6H7MhXM%252C_&vet=1&usg=AI4_-kSPMuCtrwrkBpOq-QkF9tj3N4u0RQ&sa=X&ved=2ahUKEwjS6Y6voKHrAhWEbysKHYcXAVQQ9QEwBXoECAQQJw#imgrc=EqKRjR2v0FRP1M

Pagi ini saya melihat beberapa orang berseliweran di jalanan lengkap dengan atribut merah-putihnya. Merahnya betul-betul berani, gagah, dan mantap. Putihnya, aduhai, suci, bersih, dan penuh dengan takzim.

Sejak beberapa hari lalu, pemuda-pemudi daerah tempat saya berada sekarang, mulai menggalang dana. Awalnya saya tak tahu apa yang mereka galang, untuk keperluan apa. Saban sore, mereka membawa kardus dan mangkal di pinggiran jalan untuk mengais sumbangan dari pengguna jalan. Beberapa hari setelah itu, mereka mulai menghampiri saya. Sejak itu, sejak ketika mereka mengatakan sumbangan untuk 17-an, saya mulai tahu apa yang mereka kerjakan selama ini, dan untuk apa hal itu dilakukan.

Saya tak tahu jumlah uang yang terkumpul sudah berapa, tapi yang jelas, mereka telah berjuang sejak awal sebelum kemerdekaan ini diselenggarakan. Artinya, boleh jadi perjuangan mereka sama seperti pahlawan dulu kala. Mereka berjuang mati-matian untuk kemerdekaan. Sedangkan anak-anak yang menggalang uang ini, boleh jadi mereka sama seperti pejuang dulu meski konteks dan melakukannya berbeda. Namun setidaknya, hal untuk kemerdekaan telah mereka lakukan. Sama-sama berjuang untuk menyambut kemerdekaan.

Setiap waktu yang bergulir sejatinya adalah perjuangan. Sejatinya adalah untuk merdeka. Meski, iya, Indonesia sudah mem-proklamasi-kan kemerdekaan, dan telah menyatakan kemerdekaan, tapi bila kita lengah sedikit saja, bisa jadi kita akan terjajah kembali. Entah dengan senjata, entah dengan pemikiran, entah dengan ekonomi.

Setiap merayakan kemerdekaan, ajang-ajang dengan berbagai filosofi dihelat. Panjat pinang, misalnya, dengan filosofi pinang yang tinggi. Dimainkan dengan beberapa orang  yang bahu-membahu sekuat tenaga, perjuangan, dan rasa bangga ketika di puncak. Tak peduli berlumur lumpur, oli, bahkan bisa jadi ada darah yang keluar meski sebercak saja. Menggambarkan bagaimana pejuang dulu memerdekakan bangsa.

Tak jarang pula ajang kostum lengkap dengan perangkat pendukung  era dulu. Mengembalikan dan membawa ke zaman di mana Indonesia masih diinjak-injak bangsa lain, sebelum berdiri gagah bak panglima di hadapan para musuh.

Kini, mungkin, sedang tak perang dengan senjata api sungguhan. Namun, kita harus menyadari, kemerdekaan telah terproklamasi, telah juga digaungkan. Tak boleh lagi ada penjajah dari segala lini yang bisa menghancurkan bangsa sendiri, atau paling tidak jangan sampai malu di muka dunia.

Kemerdekaan adalah warisan, kepemilikan, dan gelar. Jangan sampai kemerdekaan kembali jatuh  dan tercoreng dengan berbagai alasan. Kemerdekaan adalah perjuangan. Oleh karenanya, setiap hari bangsa ini harus dan perlu diperjuangkan agar tak jatuh harkat dan martabatnya di mana pun. Agar selalu berdiri tegak, gagah, dan berani di segala lini. Merdeka!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Industri Era Milenial

Kalau Cinta, Ya Perjuangin

Pak Karyo

Juni