Melihat dari Kacamata Kemerdekaan
Pagi ini saya melihat beberapa orang berseliweran di jalanan
lengkap dengan atribut merah-putihnya. Merahnya betul-betul berani, gagah, dan
mantap. Putihnya, aduhai, suci, bersih, dan penuh dengan takzim.
Sejak beberapa hari lalu, pemuda-pemudi daerah tempat saya
berada sekarang, mulai menggalang dana. Awalnya saya tak tahu apa yang mereka
galang, untuk keperluan apa. Saban sore, mereka membawa kardus dan mangkal di
pinggiran jalan untuk mengais sumbangan dari pengguna jalan. Beberapa hari
setelah itu, mereka mulai menghampiri saya. Sejak itu, sejak ketika mereka mengatakan
sumbangan untuk 17-an, saya mulai tahu apa yang mereka kerjakan selama ini, dan
untuk apa hal itu dilakukan.
Saya tak tahu jumlah uang yang terkumpul sudah berapa, tapi
yang jelas, mereka telah berjuang sejak awal sebelum kemerdekaan ini
diselenggarakan. Artinya, boleh jadi perjuangan mereka sama seperti pahlawan
dulu kala. Mereka berjuang mati-matian untuk kemerdekaan. Sedangkan anak-anak
yang menggalang uang ini, boleh jadi mereka sama seperti pejuang dulu meski
konteks dan melakukannya berbeda. Namun setidaknya, hal untuk kemerdekaan telah
mereka lakukan. Sama-sama berjuang untuk menyambut kemerdekaan.
Setiap waktu yang bergulir sejatinya adalah perjuangan. Sejatinya
adalah untuk merdeka. Meski, iya, Indonesia sudah mem-proklamasi-kan
kemerdekaan, dan telah menyatakan kemerdekaan, tapi bila kita lengah sedikit
saja, bisa jadi kita akan terjajah kembali. Entah dengan senjata, entah dengan
pemikiran, entah dengan ekonomi.
Setiap merayakan kemerdekaan, ajang-ajang dengan berbagai
filosofi dihelat. Panjat pinang, misalnya, dengan filosofi pinang yang tinggi. Dimainkan
dengan beberapa orang yang bahu-membahu
sekuat tenaga, perjuangan, dan rasa bangga ketika di puncak. Tak peduli
berlumur lumpur, oli, bahkan bisa jadi ada darah yang keluar meski sebercak
saja. Menggambarkan bagaimana pejuang dulu memerdekakan bangsa.
Tak jarang pula ajang kostum lengkap dengan perangkat
pendukung era dulu. Mengembalikan dan
membawa ke zaman di mana Indonesia masih diinjak-injak bangsa lain, sebelum
berdiri gagah bak panglima di hadapan para musuh.
Kini, mungkin, sedang tak perang dengan senjata api
sungguhan. Namun, kita harus menyadari, kemerdekaan telah terproklamasi, telah
juga digaungkan. Tak boleh lagi ada penjajah dari segala lini yang bisa
menghancurkan bangsa sendiri, atau paling tidak jangan sampai malu di muka
dunia.
Kemerdekaan adalah warisan, kepemilikan, dan gelar. Jangan sampai kemerdekaan kembali jatuh dan tercoreng dengan berbagai alasan. Kemerdekaan adalah perjuangan. Oleh karenanya, setiap hari bangsa ini harus dan perlu diperjuangkan agar tak jatuh harkat dan martabatnya di mana pun. Agar selalu berdiri tegak, gagah, dan berani di segala lini. Merdeka!
Komentar
Posting Komentar